Payak Kumang – Keuskupan Ketapang mengadakan acara Temu Pastoralia di Catholic Center pada tanggal 4-6 Juli 2022. Acara Temu Pastoralia yang setiap tahun diadakan ini sempat tertunda selama masa pandemi Covid-19. Kini setelah Covid melandai, acara tahunan tersebut dapat diadakan kembali. Temu Pastoralia dimaksudkan sebagai usaha bersama Bapak Uskup dan para imam di Keuskupan Ketapang untuk mencari terobosan-terobosan pastoral dalam menanggapi keprihatinan-keprihatinan yang terjadi di Keuskupan Ketapang. Pada tahun ini tema yang diangkat dalam Temu Pastoralia adalah tentang keprihatinan sosial dan kepedulian Gereja kepada mereka yang kecil, lemah, menderita, tersingkir dan difabel.
Keprihatinan Sosial
Acara Temu Pastoralia dimulai dengan pengenalan tentang Chatolic Center oleh Romo Simon. Chatolic Center dimaksudkan sebagai tempat pembinaan iman umat di Keuskupan Ketapang. Dalam pengenalan tersebut, Romo Simon memaparkan mengenai progres pembangunan Chatolic Center, program-program yang telah dijalankan di Chatolic Center, sekaligus juga program-program yang akan dilakukan selama 2022 ini. Selain itu, Romo Simon juga memaparkan mengenai struktur kepengurusan dari Chatolic Center. Dengan adanya Chatolic Center ini, Romo Simon berharap agar para Romo di Keuskupan Ketapang dapat memanfaatkan Chatolic Center dengan sebaiknya demi pertumbuhan iman umat.

Setelah pengenalan Chatolic Center oleh Romo Simon, acara Temu Pastoralia dilanjutkan dengan pemaparan-pemaparan dari para pembicara yang telah diundang. Hadir sebagai pembicara pertama adalah Albertin Tri Kurniasih selaku Kepala Dinas Sosial, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Ketapang. Beliau memaparkan mengenai keprihatinan-keprihatinan sosial yang terjadi di Kabupaten Ketapang. Selain itu, beliau juga memaparkan mengenai cara-cara untuk dapat mengakses bantuan-bantuan yang ada di Dinas Sosial. Dengan pemaparan tersebut diharapkan bahwa para imam dapat membantu umatnya yang kecil, lemah, menderita, tersingkir dan difabel untuk dapat mengakses bantuan-bantuan yang telah disediakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Ketapang. Di akhir pemaparan, Bu Asih mengajak Gereja Katolik Ketapang untuk membuat suatu gerakan, yaitu Gereja Ramah Anak.

Sebagai pembicara kedua adalah Suster Rita Simanullang, RGS. Beliau menyampaikan mengenai proyek yang dilakukan oleh Para Suster RGS di Paroki Marau dalam melindungi hak-hak anak yang menjadi korban perkawinan anak. Sejauh ini langkah-langkah yang sudah diambil oleh Suster RGS untuk menghentikan perkawinan anak adalah mengidentifikasi korban, melakukan penyuluhan, dan menggandeng para kepala desa untuk membuat Peraturan Desa yang melarang praktik perkawinan anak.

Pembicara ketiga adalah Yudi Indarto Pranoto. Beliau adalah ahli hypno-parenting. Dalam kesempatan Temu Pastoralia ini, Pak Yudi diundang untuk memberikan pencerahan mengenai cara mengasuh dan mendidik anak yang baik. Hal ini berdasarkan keprihatinan yang muncul di Keuskupan Ketapang bahwa orang tua kurang memberikan pengasuhan dan pendidikan yang baik pada anak. Akibatnya adalah anak tidak berkembang dengan baik secara psikologis, sehingga mereka mudah jatuh ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang di masyarakat.

Berjalan Bersama dan Saling Mendengarkan
Keuskupan Ketapang juga mengadakan rekoleksi biarawan-biarawati-rohaniwan pada tanggal 6-7 Juli 2022 di Catholic Center. Melalui rekoleksi ini, para biarawan-biarawati-rohaniwan se-Keuskupan Ketapang diajak untuk berjalan bersama dan saling mendengarkan, sehingga dari situ dapat terwujud persaudaraan di dalam pelayanan kepada umat. Dalam rekoleksi tersebut, kongregasi pastor Pasionis (CP), Suster Agustinus (OSA), Bruder FIC, Suster PIJ dan Suster RGS memaparkan mengenai sejarah pendirian kongregasi, alasan pendirian, spiritualitas kongregasi, visi-misi, persebaran komunitas, dan karya pelayanan mereka. Dari pemaparan kelima kongregasi tersebut, para peserta rekoleksi pada akhirnya dapat menimba kekayaan rohani dan pengalaman kerasulan yang berguna untuk pelayanan di Keuskupan Ketapang.

Pada akhir rekoleksi, Mgr. Pius Riana Prapdi memberikan penegasan bahwa persaudaraan dan kerjasama antar-kongregasi sangat diperlukan bagi pelayanan di Keuskupan Ketapang. Dengan persaudaraan dan kerjasama itu, Bapak Uskup Ketapang sangat mengharapkan bahwa Kerajaan Allah dapat dihadirkan secara sungguh-sungguh nyata di Keuskupan Ketapang, sehingga keadilan, damai, dan kasih dapat sungguh-sungguh dirasakan oleh umat.
(Fr. Agustinus Mujianto – Calon Imam Keuskupan Ketapang)