Dalam Kalender Liturgi Gereja Katholik, setiap tanggal 8 Desember diperingati sebagai Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda ini adalah nama pelindung Yayasan Pangudi Luhur (YPL). Karena itu, keluarga besar Pangudi Luhur (PL) Indonesia. YPL Ketapang sendiri pada hari ini mengadakan perayaan puncaknya dengan acara Misa Syukuran dan ramah-tamah di SMA PL St. Yohanes Ketapang, yang berlangsung dari pukul 07.30 – 12.00 wib.
Misa Syukur dalam rangka memperingati nama pelindung YPL di Ketapang kali ini dipimpin oleh DR. RD. Laurensius Sutadi, Vikarius Jenderal Keuskupan Ketapang dan didamping oleh RD. Fransicus Suandi, seorang imam alumni SMA PL. St. Yohanes. Pada Misa Syukur ini, selain dihadiri oleh seluruh keluarga besar YPL Ketapang, sejumlah tokoh masyarakat, para pensiunan PL, para Pengurus Komite, juga turut dihadiri oleh Pipensius, S. Pd, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Ketapang yang berhalangan hadir.
Drs. Yulianus, Ketua Panitia perayaan nama pelindung YPL Tahun 2017 menjelaskan, suasana perinagatan nama pelindung YPL tahun ini dimeriahkan dengan berbagai rangakaian kegiatan dan perlomban di lingkungan sekolah PL, yang terdiri dari PG-TK PL St. Maria, SD PL St. Yosef Ketapang, SMP PL St. Albertus Ketapang dan SMA PL St. Yohanes Ketapang. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dipusatkan di SMA St. Yohanes Ketapang,” ujar Yulianus, yang juga guru di SMA PL. St. Yohanes Ketapang.
Sementara itu, Br. Frans Djiya Atmadja FIC, S. Pd, M. Pd, Ketua Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Ketapang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Yayasan Pangudi Luhur tetap berkomitmen untuk menjalankan visi-misi Pangudi Luhur, khususnya bagi anak-anak pedalaman dan anak-anak yang kurang mampu. “Jangan sampai ada anak, yang gara-gara tidak bisa membayar uang sekolah, lalu harus berhenti sekolah. Jangan sampai ada kejadian seperti itu,” tandas Br. Frans.
Visi-misi YPL itu pun akan diwujudkan dengan membantu sekolah-sekolah milik Yayasan Usaha Baik (Usaba) yang sampai saat ini masih tersebar di beberapa kampong di pedalaman Ketapang. Rerata, kondisi sekolah-sekolah milik Yayasan Usaba yang akan dibantu oleh YPL itu, kini nasibnya hidup enggan, mati tak mau. “Sekarang kami akan fokus untuk membantu sekolah-sekolah milik Yayasan Usaba itu. Bahkan beberapa sekolah milik Yayasan Usaba itu akan kita jadikan sebagai pilot projek,” ujar Br. Frans.
Lebih lanjut DR. Laurensius Sutadi, Vikjend Keuskupan Ketapang menyebutkan bahwa dalam cacatan sejarah di Keuskupan Ketapang, para bruder dari Kongregasi FIC mengawali karyanya di bidang pendidikan di Ketapang mulai sejak tahun 1962. FIC adalah kependekan dari Fratrum Immaculatae Conceptionis. Para bruder FIC ini disebut sebagai para bruder Santa Perawan Maria Yang Dikadung Tak Noda.
Vikjend Keuskupan Ketapang, yang akrab dipanggil Romo Sutadi itu pun sangat mengapresiasi karya para Bruder FIC lewat YPL yang boleh dibilang cukup berhasil dalam mewujudkan visi dan misinya di Keuskupan Ketapang. “Para Bruder FIC, lewat Yayasan Pangudi Luhur telah berhasil menjadikan masyarakat Dayak mandiri dalam bidang pendidikan, budaya, social,ekonomi, politik sehingga dapat hidup berdampingan serta sejajar dengan masyarakat lainnya.” Ujar Romo Sutadi.
Karena itu, atas nama Keuskupan Ketapang, Romo Sutadi sangat berterima kasih kepada pihak Yayasan Pangudi Luhur. “Terima kasih kepada Yayasan Pangudi Luhur karena telah membimbing para siswa belajar tertib. Mendisiplinkan para siswa dalam penggunaan waktu maupun uang sacara tepat, jujur dan benar. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Menanamkan nilai budaya dan mengembangkannya sesuai zaman. Menanamkan kehidupan beragama dan berilmu,” ujar Romo Sutadi.
Apresiasi yang sama pun disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Daeraj Kabupaten Ketapang. Pipensius, S. Pd, yang mewakili Drs. H.Jahilin, M. Pd, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang yang berhalangan hadir karena sedang menghadiri pertemuan di Jakarta sangat mengapresiasi karya YPL di bidang pendidikan. Karena itu, Pipensius yang juga alumni SMA PL St. Yohanes Ketapang menyampaikan ucapan terima kasih atas peran dan kiprah Yayasan Pangudi Luhur dalam menumbuh-kembangkan pendidikan di Ketapang. “Dalam hal ini pemerintah tetap berkomitmen untuk memperhatikan sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur,” ujar Pipensius.
Di Indonesia, selain di Ketapang (1 PG-TK, 6 SD. 3 SMP, 1 SMA), Yayasan Pangudi Luhur, yang berkantor pusat di Semarang juga memiliki sekolah-sekolah di Semarang (7 TK, 6 SD, 5 SMP, 2 SMK, 2 SMA), Yogyakarta (2 TK, 4 SD, 4 SMP, 2 SMA), Ambarawa (1 TK, 1 SD, 2 SMP, 2 SMA), Surakarta (1 TK. 1 SD, 2 SMP, 2 SMA), Salatiga (2 SMP), Muntilan (1 TK, 1 SD, 1 SMA, 1 SMK), Klaten (1 SD, 5 SMP, 1 SMK), Sumatera (1 SMP, 1 SMA) dan Jakarta (1 SLB/B, 2 TK, 1 SD, 1 SMP, 2 SMA). (Pak Beltho)