TRIKA, PALANGKARAYA – Taat agama, sopan komunikasi. Itulah pesan yang dijadikan tagline Pekan Komunikasi Sosial Nasional KWI hari ketiga, 10 Mei 2018. Bertepatan dengan hari kenaikan Yesus ini, acara yang dilalui adalah workshop Literasi Media. Sekitar 130an orang muda dari paroki paroki Se- Keuskupan Palangkaraya mengikuti workshop ini.

Utusan Keuskupan Palangkaraya ini bergabung dengan utusan dari beberapa keuskupan lain, seperti Keuskupan Keuskupan Ketapang, Pangkalpinang, dan keuskupan lain.

Tidak tanggung, sesi pertama pada hari ketiga ini langsung menghadirkan seorang profesor tekhnologi, Eko Indrajit. Sebagai narasumber, akedemisi yang juga penulis buku dan jurnal ini, langsung menguji peserta.

Sebagai pembuka suami dari Lisa Arianto ini langsung mengadakan ujian dengan menyodorkan pertanyaan 10 pertanyaan berbau teknologi. Uniknya, jawabannya ada pada kolom e semua.

Dalam paparannya yang diselingi joke itu, Profesor Eko menjelaskan bahwa kita sering menilai seseorang berdasarkan persepsi kita. “Misalnya dengan melihat Mr. Bean, di dalam pikiran kita muncul banyak hal misalnya jorok, diam, konyol dan lain-lain, ” ungkapnya.

Padahal menuruf Eko, dalam peran aslinya Mr Bean adalah lulusan Oxford dan pernah menjadi pilot dadakan ketika pilot asli pingsan dalam perjalanan.

Bagi Eko, persepsi sama dengan realitas membuat kita sering tergoda untuk masuknya hoaks. “Kalau melihat kembali tujuan komunikasi adalah mempengaruhi individu atau seseorang akan hal yang dinginkan oleh si pelaku komunikasi. Komunikasi adalah cara,” terangnya.

Profesor Eko juga menerangkan perbedaan komunikasi dari jaman ke jaman. “Tahun 1980an, orang menggunakan komunikasi verbal dan face to face. Tetapi sekarang memakai medium seperti WA dan pesannya diungkapkan lewat emotion dan ikon.

Prof Eko mengakui komunikasi melalui medium, mempunyai kelemahan. “Tidak melihat reaksi langsung, tidak merasa sungkan, tidak mendengar keluhan, tidak mencium keanehan dan tidak menyentuh fisik,” ujarnya.

Dalam realitas komunikasi seperti inilah yang menyebabkan berkembang masifnya berita hoaks. Berita hoaks itu mempengaruhi seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Maka Ia mengusulkan perlu Literasi digital artinya mampu menggunakan, pandai memilah, bijak memanfaatkan, sadar akibat, sebar pengetahuan dan hindari kejahatan.

Profesor Eko juga mengutip Bapa Suci berpesan yang berpesan bahwa handphone, gadget , internet dll itu sifatnya netral. “Mensana in corpore sano. Judul ke sini isinya ke sono. Mari kita mulai sekarang kita bijak berkomunikasi dengan media sosial,” pungkas Eko. (Romo Mardianus Indra Pr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini