Stasi St. Yohanes Maria Vianey Semenjawat, Rabu, 27 Agustus 2025 – Suasana di Stasi Semenjawat pagi itu terasa sangat meriah. Tepat pukul 10.00, umat dari Stasi Semenjawat, Pasir Lingis, Karang Dangin, Batu Besi, serta Barak G, berkumpul untuk menyambut kedatangan Mgr. Pius, RD. Krishna, dan rombongan dari Paroki Santa Maria Assumpta Tanjung. Mereka disambut secara adat oleh para tetua adat, sebelum misa dimulai.
Hari itu menjadi momen istimewa bagi 115 orang muda yang menerima Sakramen Penguatan. Suasana misa berlangsung khidmat, penuh sukacita dan harapan.
Seperti biasa, para katekis hadir dengan seragam kebesaran mereka, mendampingi para peserta Krisma dengan sepenuh hati. Tak hanya dari Semenjawat, para katekis dari paroki dan stasi sekitar juga hadir untuk memberi dukungan. Pengorbanan mereka besar—tidak dibayar, namun dengan sukarela memberikan waktu dan tenaga untuk menumbuhkan iman umat. Seperti yang selalu diingatkan Pak Dony, katekis senior Paroki Tanjung, “Romo dan Frater akan pindah-pindah, yang tetap adalah kita. Jadi ayo bergerak untuk mengembangkan iman ini.”

Dalam homilinya, Bapa Uskup menyampaikan sesuatu yang unik—”nomor WA Tuhan”, yang ia ambil dari Yohanes 14:6: “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” Pesannya jelas: hanya melalui Yesus kita bisa sampai kepada Bapa, jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan iman. Ia juga menambahkan kutipan dari Matius 16:18-19, tentang Yesus mendirikan Gereja di atas Petrus. Dari situ, Bapa Uskup menekankan bahwa Yesus hanya mendirikan satu Gereja, dan penerus Petrus hari ini adalah Paus Leo XIV.
Suasana menjadi hangat dan penuh tawa ketika Bapa Uskup berbicara tentang bahasa zaman sekarang. Saat mencoba menyebut istilah “TikTok”, beliau justru menyebut “Joget Online”, yang langsung disambut gelak tawa seluruh gereja, termasuk dirinya sendiri.
Tawa makin pecah saat beliau menjelaskan makna adat Dayak dan sampai pada kata “tuak”. Ketika ia mulai menyebutkan singkatan “TU = Tuhan, A = adalah…”, tiba-tiba seseorang menjawab dengan lantang, “TUAK adalah Tuhan!” Seluruh gereja pun tertawa panjang. Padahal maksud sebenarnya adalah “TUAK = Tuhan Adalah Kasih”, tapi hari itu, Bapa Uskup bilang, ia menemukan “kosa kata baru” yang lucu dan menghibur.
Usai misa, Bapa Uskup memberkati umat dan tempat pelayanan. Saat perjalanan pulang, sebagian umat dari paroki sempat terguyur hujan dan harus berteduh di jalan.
Ditulis oleh Fr. Memet


















