Formasi Rengkuh Tumbuh merupakan kegiatan kursus bagi para pendamping orang muda yang diselenggarakan oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kegiatan ini berlangsung pada 13–25 Oktober 2025 di Gedung KWI, Jakarta. Kursus ini merupakan yang pertama kali diadakan secara khusus bagi para pendamping kaum muda, dengan tema “Formasi Rengkuh Tumbuh”, dan diikuti oleh seluruh formator Orang Muda Katolik (OMK) dari berbagai keuskupan di Indonesia.
Kegiatan diawali dengan Perayaan Ekaristi pembukaan yang dipersembahkan oleh Mgr. Pius Riana Prapdi, selaku Ketua Komisi Kepemudaan KWI, pada Senin, 13 Oktober 2025, pukul 17.00 WIB di Kapel KWI. Dalam homilinya, Mgr. Pius menegaskan bahwa “Orang Muda adalah masa kini dan masa depan Gereja; dan bersama orang muda, Gereja terus menjadi muda” (Christus Vivit 37). Sementara itu, RD. Frans Kristi Adi Prasetya, selaku Sekretaris KWI, dalam pengantarnya menandaskan bahwa para pendamping orang muda hendaknya “berani menanggalkan kasut di tanah yang kudus”, yaitu Orang Muda Katolik (OMK) (CV 67). Hal ini sejalan dengan kesadaran bahwa Yesus sendirilah pendamping pertama dan utama bagi orang muda.
Tujuan utama dari kursus “Rengkuh Tumbuh” adalah menumbuhkan kesadaran dan kecintaan mendalam bagi para pendamping agar setia, siap sedia, dan berani menemani orang muda dengan hati. Para pendamping diharapkan menjadi rekan sekerja, saudara, dan sahabat seperjalanan bagi orang muda—berjalan bersama, berdoa bersama, dan berkarya bersama. Peserta yang hadir terdiri dari para imam, diakon, bruder, suster, dan awam yang berkarya sebagai pendamping OMK di masing-masing keuskupan.
Selama dua minggu penuh, para peserta berproses dan berdinamika bersama melalui materi, diskusi, dan refleksi yang dipandu oleh narasumber profesional. Melalui berbagai sesi, peserta memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai arena pastoral pendampingan orang muda, sehingga mampu menyusun pola pendampingan yang kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan di masing-masing keuskupan. Kegiatan ini dirancang dengan tiga komponen utama, yakni tahap fondasi, tahap strategi, dan tahap programasi.
Secara keseluruhan, strategi pastoral terhadap orang muda mencakup 16 arena pendampingan, yaitu: teknologi, ekologi, ekonomi, politik, psikologi, keberagaman, analisis sosial (ANSOS), kultur, kesehatan, perdagangan manusia, pembinaan OMK di tengah arus migrasi, keluarga, hak asasi manusia (HAM), penemanan OMK, komunikasi interpersonal, dan manajemen kelembagaan. Setiap sesi materi diakhiri dengan doa dan foto bersama, sebagai tanda kebersamaan dan refleksi atas proses yang dijalani.
Dari hasil dinamika, diskusi, dan presentasi kelompok mengenai analisis sosial (ANSOS) serta pemetaan profil OMK dan fokus keprihatinan pastoral, muncul empat poin penting. Pertama, Regio Kalimantan menekankan pentingnya pendidikan. Kedua, Regio Jawa mengangkat semangat dan daya juang (mentalitas) orang muda. Ketiga, Regio Papua menyoroti ketidakadilan di bidang pendidikan. Keempat, Regio Sumatra menyoroti banyaknya pengangguran akibat minimnya lapangan pekerjaan bagi kaum muda.
Pada tiga hari terakhir, peserta didampingi oleh tim Komisi Kepemudaan KWI bersama para ahli untuk menyusun programasi desain pastoral yang kontekstual dengan situasi di masing-masing keuskupan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Theory of Constraints (ToC), di mana setiap peserta mempresentasikan rancangan programasi dan mendapatkan umpan balik dari para ahli.
Seluruh proses dirangkai dalam semangat bahwa orang muda adalah pewarta utama dan terutama bagi teman-temannya (CV 210). Untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan programasi, disepakati bahwa akan diadakan pertemuan rutin setiap empat bulan sekali melalui Zoom Meeting bagi seluruh peserta kursus formasi “Rengkuh Tumbuh”.
Petrus Riyant, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Ketapang
