Ada tempat kecil yang tak pernah luput dari pandangan orang-orang yang keluar dari gereja, sebuah warung kopi sederhana yang berlokasi tepat di depan gereja Katedral St. Gemma Galgani Ketapang. Tempat ini, dengan nama akrabnya “DG” atau Warkop DG, menjadi titik pertemuan bagi sekelompok orang yang menyebut dirinya “para pendosa.” Namun, meskipun julukan itu melekat, DG bukanlah sekadar tempat ngopi biasa.

Setiap harinya, berbagai macam orang datang ke DG. Mereka yang mungkin jarang terlihat di dalam gereja dan segala aktivitasnya, jjustru tampak nyaman di sini, bercengkerama dengan secangkir kopi di tangan. Percakapan di warung ini seringkali terdengar santai, tetapi siapa sangka, di balik gelak tawa dan obrolan sehari-hari, terselip gagasan-gagasan tentang iman dan Ketuhanan.

DG menjadi ruang bebas, di mana keimanan tak dibatasi oleh dinding formalitas dan ritual. Di tempat ini, para pendosa yang merasa tak sempurna berani berbicara tentang pencarian mereka akan Tuhan, tentang pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dianggap tabu di tempat lain. Ironisnya, di depan gereja, justru di warung kopi inilah mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan, meskipun melalui jalur yang lebih sederhana dan manusiawi.

Di DG, tidak ada perbedaan status atau latar belakang. Pendosa yang meragukan imannya duduk bersama dengan mereka yang tampaknya saleh namun tetap mencari makna hidup. Mereka yang mungkin jauh dari Gereja dalam arti fisik, tetap merasa terhubung dengan Tuhan melalui percakapan jujur di meja warung. Dari perbincangan ringan hingga diskusi mendalam soal kehidupan, dosa, dan pengampunan, DG seakan menjadi “gereja” bagi mereka yang mencari tanpa pretensi.

Di sinilah letak keunikan DG. Meski dianggap tempat para pendosa berkumpul, justru di sini nilai-nilai keimanan didiskusikan secara terbuka dan apa adanya. Tanpa tekanan untuk terlihat benar atau sempurna, setiap orang diizinkan menjadi diri sendiri dalam pencarian spiritualnya. Karena di balik dosa-dosa yang mereka akui, mereka juga memiliki kerinduan akan Tuhan, dan DG menjadi ruang untuk berbagi cerita, pertanyaan, dan, siapa tahu, juga menemukan jawaban.

DG mengingatkan kita bahwa jalan menuju Tuhan tidak selalu lurus dan mulus. Terkadang, justru di sudut-sudut yang sederhana, di tempat yang tidak terduga, kita bisa menemukan percikan iman yang membara. Para pendosa di DG mungkin tidak selalu mengikuti aturan agama dengan sempurna, tetapi mereka menemukan cara mereka sendiri untuk mendekatkan diri pada-Nya—lewat kopi, perbincangan, dan ketulusan hati.

  • Foto hanya pemanis *

AMDG

-Frans Doni- (13 Oktober 2024)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini