Lebih Dalam Menyelami Penglihatan Nabi Yehezkiel
Dalam masa pembuangan di Babel, umat Israel memiliki keyakinan bahwa Allah akan segera bertindak mengalahkan Babel dan memulihkan Yerusalem. Namun, Nabi Yehezkiel dengan tegas menyampaikan bahwa keyakinan tersebut keliru. Ia menubuatkan bahwa Yerusalem justru akan jatuh dan Yehuda akan mengalami kehancuran. Menurutnya, baik umat yang masih tinggal di Yerusalem maupun mereka yang telah dibuang ke tanah asing, keduanya telah berdosa dan tidak setia kepada perjanjian Allah.
Kesombongan sebagian orang Yerusalem yang menganggap mereka yang dibuang sebagai bangsa najis dan tidak layak menerima janji keselamatan, dibantah secara keras oleh Yehezkiel. Ia menegaskan bahwa Allah telah meninggalkan Yerusalem dan kini berkenan hadir di tengah umat yang sedang mengalami pembuangan. Ia menyampaikan bahwa keselamatan tidak lagi berpangkal pada tempat, tetapi pada pertobatan hati. Oleh karena itu, panggilan pertobatan diserukan kepada seluruh umat, baik yang tinggal di Yerusalem maupun yang berada di Babel. Allah sendiri, melalui nabi-Nya, menyatakan bahwa hanya umat sisa yang bertobat dan setia di tanah pembuanganlah yang akan menjadi pewaris keselamatan-Nya.
Penglihatan yang Dahsyat: Kemuliaan Allah Hadir di Tempat yang Tak Terduga
Salah satu penglihatan besar Yehezkiel adalah kemunculan empat makhluk yang luar biasa, yang menggambarkan kemuliaan dan keperkasaan Allah. Menariknya, penampakan ini tidak terjadi di Yerusalem, melainkan di negeri asing yang secara tradisi dianggap najis (bdk. Am. 7:7–17; Yeh. 4:13). Hal ini menandakan bahwa kemuliaan Tuhan tidak terbatas oleh tempat suci di Yerusalem, tetapi meliputi seluruh dunia. Allah dinyatakan sebagai pribadi ilahi yang mahakuasa, hadir di mana-mana, bahkan di tanah pembuangan.
Keempat makhluk yang digambarkan dalam penglihatan Yehezkiel merepresentasikan unsur-unsur terbaik dari ciptaan: kekuatan, keberanian, kebijaksanaan, dan kecepatan. Makhluk-makhluk itu bergerak tanpa berbalik, menunjukkan arah dan tujuan ilahi yang tidak berubah. Simbolisme empat arah mata angin yang mereka wakili menyiratkan bahwa kuasa Allah mencakup seluruh penjuru dunia (bdk. Yes. 11:12). Roda-roda yang menyertai mereka menggambarkan kereta surgawi yang dapat bergerak dengan kecepatan ilahi, suatu lambang dari kemuliaan dan gerakan dinamis Allah (bdk. Yes. 66:15).
Gulungan Kitab yang Manis: Panggilan Profetis yang Pahit
Dalam penglihatan berikutnya, Yehezkiel diperlihatkan gulungan kitab yang harus ia makan (Yeh. 2:8–10). Kitab tersebut terasa manis di mulut, namun mengandung pesan ratapan, keluh kesah, dan rintihan. Dalam pengalaman ini, Yehezkiel menerima panggilan kenabian secara langsung dari Allah, yang menyapanya dengan sebutan “anak manusia”—sebuah ungkapan yang menegaskan perbedaan antara kemanusiaan Yehezkiel dan keilahian Tuhan.
Yehezkiel ditugaskan untuk menyampaikan sabda Tuhan kepada bangsa yang disebut sebagai kaum pemberontak. Ia tidak dijanjikan penerimaan, melainkan perlawanan. Allah menegaskan bahwa nabi-Nya harus tetap mewartakan sabda-Nya, terlepas dari apakah orang mau mendengarkan atau menolak. Ketaatan mutlak pada Allah lebih diutamakan daripada tanggapan manusia. Karena Yehezkiel sempat ragu dan gentar, maka Allah mengulang perintah-Nya beberapa kali agar ia meneguhkan hatinya (lih. Yeh. 2:8; 3:1, 3).




















