Tanjung, 16 Agustus 2025 – Malam hari setelah acara serah terima pelayanan, Gedung Paroki Santa Maria Assumpta Tanjung kembali dipenuhi kehangatan. Mulai pukul 19.00 hingga 22.00 WIB, digelar sesi refleksi perjalanan karya pastoral Rm. Krisno, yang dihadiri oleh anggota pleno Dewan Pastoral Paroki, ketua stasi, kring, serta wakil dari kelompok-kelompok kategorial.
Sesi ini bukan sekadar seremonial perpisahan, melainkan bentuk tanggung jawab dan penghargaan atas pelayanan Rm. Krisno selama empat tahun terakhir. Dalam semangat transparansi dan keterbukaan, Rm. Krisno menyampaikan refleksi tertulis setebal 60 halaman beserta 14 lampiran.
Sambutan Pembuka dari Ketua DPH
Dalam kata pengantarnya, Bapak Nikodimus Momo, Ketua Dewan Pastoral Harian, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas dedikasi yang telah ditunjukkan Rm. Krisno. “Beliau telah memberikan banyak hal untuk umat Tanjung. Kini, kami juga bersyukur atas kehadiran Rm. Krishna yang baru. Ini menjadi anugerah. Umat siap mendukung sepenuhnya,” ungkapnya.
Rm. Krisno dan Semangat “Communio”
Dalam pemaparannya, Rm. Krisno menegaskan bahwa acara ini bukan diada-adakan, tetapi sesuai dengan pedoman pastoral Keuskupan Ketapang terkait pergantian pastor paroki. Ia pun menyampaikan laporan lengkap, mulai dari capaian hingga tantangan dalam pelayanan.
Beberapa hal yang menjadi sorotan:
Pemekaran Paroki Baru: Dua stasi, yakni Riam Kota dan Terusan, resmi dimekarkan menjadi paroki mandiri.
Jiwasana Pelayanan: Rm. Krisno menjalankan pelayanan dalam semangat communio, dengan melibatkan banyak pihak dalam rapat dan kepanitiaan. Bahkan, rencana perayaan Natal dan Paskah sudah tersusun hingga tahun 2026!
Data Pelayanan Pastoral:
Jiwa baru tercatat sebanyak 556 orang.
Baptis dewasa (dari Kristen ke Katolik): 15 orang
Pernikahan yang disaksikan: 145 pasangan
Pengurapan orang sakit: 31 orang
Sakramen Tobat menunjukkan peningkatan signifikan.
Tantangan & Evaluasi:
Pembangunan Gereja Paroki yang belum rampung.
Perlunya jadwal liturgi yang lebih menyesuaikan realitas umat.
Kebutuhan akan koster untuk gereja baru.
Pendampingan katekis perlu diperkuat karena sebagian besar belum memiliki pendidikan formal.
Tim pendidikan paroki masih belum berjalan optimal.
Dengan gaya khasnya yang hangat dan sederhana, Rm. Krisno juga berbagi kisah-kisah pelayanan yang penuh warna—mulai dari motor yang sering mogok, jalan kaki menyusuri desa, hingga pengalaman spiritual yang sulit dijelaskan tapi meninggalkan kesan mendalam.
“Saya sudah singgah ke 332 KK, jatuh dari motor 12 kali, dan 2 kali jatuh saat jalan kaki. Tapi itulah bagian dari menjadi misionaris domestik. Awalnya ingin ke Timor Timur, tapi Tuhan mengutus saya ke sini. Dan saya belajar hadir secara inkarnatoris, mengenakan Keuskupan Ketapang dengan hati yang penuh syukur.”
Kisah lucu seperti buang air besar di waktu dan tempat yang “tepat” pun tak luput diceritakan, mengundang tawa hangat dari umat yang hadir.
Suara Hati Umat
Malam refleksi ini juga menjadi ruang bagi umat menyampaikan kesan dan pesan:
Bu Febriana (DPH): “Romo Krisno memberi ruang untuk berproses. Meskipun ya, kadang perlu belajar lebih sabar dan menahan kata-kata,” ujarnya disambut tawa. “Tapi Romo bisa pergi ke mana saja, sementara kami umat tetap di sini—harus tetap semangat.”
Pak Medi (Kring Pusat Paroki): “Dari Romo, saya belajar pengelolaan administrasi. Kami bahkan sempat terpikir mengirim surat ke Bapa Uskup agar Romo tetap di sini, tapi Romo memilih taat. Beliau fleksibel dan mudah diajak komunikasi.”
Pak Jurin (Umat): “Perpisahan itu tak pernah mudah. Tapi kami percaya, banyak rahmat sudah disalurkan lewat Romo. Suasana paroki pun tetap kondusif dan penuh damai.”
Malam itu ditutup dalam suasana penuh haru, syukur, dan tawa. Rm. Krisno telah menyelesaikan pelayanannya dengan penuh dedikasi dan cinta. Dan kini, Paroki Santa Maria Assumpta Tanjung menyambut awal yang baru bersama Rm. Krishna.
Selamat melanjutkan perutusan, Rm. Krisno. Dan selamat datang, Rm. Krishna.
Ditulis oleh Fr. Memet
            
		

















