Seminari Menengah St. Laurentius mulai dirintis pada tanggal 14 Juli 1983. Jauh sebelum waktu itu, Keuskupan Ketapang telah merasakan bahwa jumlah imam yang melayani semakin berkurang. Imam yang berasal dari wilayah Ketapang sangat terbatas. Sebagian besar tenaga imam berasal dari Kongregasi Pasionis (CP), ditambah satu imam diosesan dari Keuskupan Agung Semarang. Tidak ada bantuan dari keuskupan lain. Sementara itu, imam diosesan asli Ketapang dan melayani di Keuskupan Ketapang baru satu orang.

Sebelum tahun 1983, para calon imam dari Keuskupan Ketapang dikirim ke Seminari Menengah St. Paulus, Nyarumkop. Jumlah mereka sangat sedikit dan tidak setiap tahun ada calon baru. Umat, para imam, terlebih Uskup Ketapang, sangat berharap dapat menggali benih panggilan imam dari umat Keuskupan Ketapang sendiri. Selama itu, perhatian terhadap panggilan menjadi imam masih kurang. Dengan berdirinya seminari menengah di wilayah Keuskupan Ketapang, diharapkan perhatian terhadap panggilan imamat semakin meningkat dan mendalam.

Perkembangan Seminari Dalam Lintas Sejarah

Saat proses perintisan Seminari Menengah dimulai, jumlah seminaris yang ada hanya tiga orang. Mereka dibimbing oleh seorang suster dari tarekat OSA, yakni Sr. Maria Goreti, OSA. Para seminaris mengikuti pendidikan formal di SMU St. Yohanes dan secara khusus belajar bahasa Latin bersama Pastor Bernardinus, CP. Dalam keseharian, mereka menjalani hidup mandiri. Suster datang secara berkala untuk memberikan arahan, mengevaluasi situasi, memperhatikan perkembangan, serta memberikan masukan yang diperlukan demi pembinaan yang membentuk pribadi seminaris yang mandiri dan dewasa.

Setelah lulus dari SMU, seminaris yang ingin melanjutkan panggilan menjadi imam dikirim ke Seminari St. Paulus, Nyarumkop untuk mengikuti program Tahun Orientasi Panggilan (TOPANG).

Namun, dari tahun 1983 hingga Juli 1986, tidak ada lulusan SLTP maupun SMU yang masuk ke seminari. Karena Sr. Maria Goreti semakin disibukkan oleh tugas-tugas lain, maka pada Juli 1986 para seminaris dititipkan di Asrama Bruder FIC. Tahun 1987 kembali tidak ada siswa yang masuk. Baru pada tahun 1988 beberapa anak mulai masuk ke seminari lagi.

Melihat jumlah yang masih sangat sedikit, pada Juli 1989, lima orang seminaris baru dititipkan di dua asrama: tiga orang di Asrama Bruder (Wisma Putra Kusuma), dan dua orang di Asrama St. Yusuf. Harapannya, melalui pengalaman hidup bersama di asrama, beberapa penghuni asrama akan tertarik untuk menjadi pastor.

Pada Agustus 1989, Pastor Zakharias Lintas, yang saat itu menangani pembinaan para seminaris, menunjuk Frater Laurensius Sutadi yang sedang menjalani Tahun Orientasi Panggilan (TOP) di Paroki St. Gemma, Ketapang, untuk memberikan perhatian khusus kepada para seminaris. Momen penunjukan ini bertepatan dengan peringatan pesta St. Laurentius, sehingga nama baptis Frater Laurensius Sutadi dipilih sebagai nama seminari. Penetapan ini jatuh pada tanggal 10 Agustus 1989, yang sekaligus menjadi tanda dimulainya perhatian khusus terhadap pembinaan panggilan menjadi imam di Keuskupan Ketapang.

Nama St. Laurentius mengandung makna yang mendalam:

  1. Menandai pribadi pertama yang ditunjuk secara khusus untuk mendampingi para seminaris.
  2. Mengambil semangat pengorbanan St. Laurentius, yang rela mati demi iman, sebagai semangat dasar pembinaan para seminaris.

Pada Juli 1990, mulai ada cukup banyak lulusan SMP yang tertarik menjadi imam. Agar pembinaan dapat dilakukan lebih efektif, mereka dipindahkan ke salah satu unit bangunan Pusat Pastoral BIMA di Payakumang. Sejak saat itu, selalu ada imam atau frater yang secara khusus ditugaskan untuk mendampingi para seminaris, di samping tugas pokok mereka yang lain.

Pembangunan gedung seminari dimulai pada bulan Mei 1993. Setelah melalui proses pembangunan yang cukup intensif, pada bulan Desember 1993, gedung seminari hampir selesai dan para seminaris mulai dipindahkan ke kompleks baru yang terletak di belakang Pusat Pastoral BIMA, Payakumang.

Sebagai kelanjutan dari proses penguatan formasi, pada tanggal 5 Februari 1994, Keuskupan Ketapang secara resmi menugaskan Romo Ph. Istejamaya sebagai Direktur Seminari Menengah St. Laurentius yang pertama. Penugasan ini menandai tonggak penting dalam upaya pembinaan panggilan imam yang lebih terstruktur, berkelanjutan, dan terarah di lingkungan Keuskupan Ketapang.

Sumber: Arsip Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini