Para Katekis bersama Mgr. Pius Riana Prapdi & RD. Laurensius Sutadi

Bertepatan dengan peringatan martir St. Andreas Dung Lac, para katekis aktif dan alumni katekis Keuskupan Ketapang menjalankan kegiatan rekoleksi di ASC, Biara Suster OSA Ketapang. Kegiatan rekoleksi ini dilaksanakan mulai tanggal 24 – 26 November 2017 dibawah bimbingan Rm. Laurensius Sutadi. Mgr. Pius Riana Prapdi berkenan untuk membuka rekoleksi katekis dengan misa pembukaan.

Dalam kotbahnya Mgr. Pius menyatakan bahwa para katekis Keuskupan Ketapang ini adalah para pejuang iman katolik. Kemartiran mereka diwujudkan dengan memilih menjadi katekis dibandingkan pekerjaan lain, termasuk sebagai pegawai negeri, walaupun dalam perjalanan waktu ada katekis yang memilih jalan lain dengan menjadi pegawai negeri, pegawai swasta atau calon kepala desa.

Pilihan awal menjadi katekis di keuskupan Ketapang adalah suatu pilihan yang beresiko karena katekis Keuskupan Ketapang dituntut berkarya dengan gaji dan fasilitas minim, serta medan karya yang berat, di samping juga tantangan menghadapi adat budaya yang memandang ajaran Katolik tidak sesuai dengan adat budaya setempat. Hal seperti ini dialami oleh Pak Suri yang harus berhadapan dengan para demung di Balai Semandang untuk mewartakan iman Katolik.

Perjuangan para katekis di Keuskupan Ketapang adalah sebagai perjuangan untuk ambil bagian dalam kemartiran Kristus demi keselamatan jiwa-jiwa. Refleksi ini muncul karena katekis Keuskupan Ketapang berani untuk meninggalkan kemapanan dan membawa serta keluarga dalam salib sebagai katekis di pedalaman Ketapang. Sehingga kemartiran St. Andreas Dung Lac, sebagai martir dari Asia Tenggara, juga menjadi wajah kemartiran para katekis Keuskupan Ketapang, demikian kata Mgr. Pius Riana Prapdi.

Dalam misa pembukaan rekoleksi juga didoakan secara spontan untuk katekis yang sakit seperti pak Agustinus Ahoi dan katekis yang sudah meninggal dunia.

Kegiatan rekoleksi ini diikuti oleh 17 katekis. Sebelum memasuki rekoleksi para katekis diminta oleh Rm. Sutadi untuk menuliskan sejarah dan pengalaman hidup selama menjadi katekis. Pengalaman hidup ini rencananya akan dicetak dalam bentuk buku sehingga melalui pengalaman hidup para katekis ini Gereja Katolik di Keuskupan Ketapang memiliki jejak-jejak perkembangan sejarah iman katolik di wilayah Keuskupan Ketapang.

Semoga apa yang telah diperjuangkan para katekis selama ini dapat dilanjutkan oleh “generasi Now” saat ini. Terima kasih para katekis. Tanpa Anda, Keuskupan Ketapang tidak akan memiliki wajah seperti sekarang ini, demikian kata penutup dari Mgr. Pius Riana Prapdi.

HIDUP KATEKIS KEUSKUPAN KETAPANG! TUHAN MEMBERKATI DAN MENYERTAI ANDA SEKELUARGA. AMIN.

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini