Telah berabad-abad Gereja Katolik memelihara tradisi berdoa bagi arwah. Gereja percaya bahwa doa untuk mereka yang masih meninggal memiliki daya kekuatan bagi mereka yang didoakan dan bagi mereka yang berdoa. Dalam Kalender Liturgi kita dituliskan: “Dalam rangka Hari Raya Mengenang Arwah Semua Orang Beriman tanggal 2 November, setiap orang kristen dapat memperoleh indulgensi penuh bagi orang yang sudah meninggal. Caranya: mengunjungi makam dan atau mendoakan arwah orang yang meninggal. Yang menjalankan setiap hari tanggal 1-8 November memperoleh indulgensi penuh. Yang menjalankan pada hari-hari lain, memperoleh indulgensi sebagian.”
Hidup kita adalah anugerah. Kita tidak pernah meminta hidup. Tuhan memberikan begitu saja. Maka, dalam ajaran Gereja, setiap kali kita menerima rahmat, kita sekaligus menerima tugas dan tanggung jawab. Tanggungjawab atas pemberian itulah yang kita emban selama kita masih hidup. Itulah sebabnya, Gereja tidak menganggap perbuatan baik selama kita masih hidup sebagai sarana untuk mencari pahala. Perbuatan baik adalah melulu ungkapan terima kasih dan tanggungjawab kita atas rahmat Allah. Kita selalu “kalah duluan”. Allah selalu lebih dahulu mengasihi kita.
Apa yang terjadi jika kita tidak cukup mampu bertanggungjawab dan berterima kasih? Dosa. Sikap-sikap yang kurang bertanggungjawab atas kehidupan menyeret kita pada tindakan-tindakan dosa. Dalam ajaran Gereja Katolik: dosa mempunyai akibat ganda. Dosa berat merampas dari kita, persekutuan dengan Allah, dan karena itu membuat kita tidak layak untuk kehidupan abadi, disebut sebagai “siksa dosa abadi”. Di lain pihak, dosa juga mengakibatkan hubungan yang rusak dan berbahaya kepada makhluk lain. Kondisi inilah yang yang disebut “siksa dosa sementara”.
Kita bisa merasakan setiap kali kita melakukan dosa, kita merasakan perasaan yang tidak nyaman, gelisah, takut, dan lain sebagainya. Itulah siksa dosa. Bukan Allah yang menyiksa kita, tetapi dosa itu sendiri berakibat kesusahan dan kesengsaraan bagi kita. Melalui sakramen pengampunan dosa, siksa dosa abadi dihapuskan tetapi siksa dosa sementara masih tinggal. Sama seperti paku ditancapkan di tembok, paku itu dicabut melalui sakramen tobat, namun lubang dan luka yang ditanggung sesama kita masih ada. Disinilah diperlukan pertobatan sejati dengan cinta yang bernyala-nyala agar orang disucikan kembali dan dibebaskan dari siksa dosa itu. Oleh karena itu, orang bertobat harus banyak-banyak berbuat cinta kasih, berbelas kasih pada orang lain, berdoa dan mati raga.
Apa jadinya jika orang masih mengalami siksa dosa dan meninggal? Bagi Gereja, orang meninggal adalah orang yang melakukan perjalanan pulang ke rumah Bapa. Secara sederhana kita bisa menggambarkan orang meninggal seperti orang yang mau berangkat ke Gereja untuk merayakan ekaristi. Biasanya, kita mempersiapkan diri dengan baik: mandi, berpakaian rapi, menyiapkan hati dan seterusnya. Proses persiapan untuk menghadap Tuhan inilah yang kita sebut sebagai api penyucian atau purgatorium. Tidak mungkin kita yang kotor langsung begitu saja masuk rumah Bapa yang bersih. Orang yang selama hidupnya kurang dapat mempertanggungjawabkan rahmat dan menjalani siksa dosa yang begitu banyak pula akan mengalami masa penyucian yang berat. Inilah fungsi dari doa-doa arwah. Dalam doa arwah, kita memohonkan rahmat indulgensi, penghapusan siksa-siksa dosa sementara di hadapan Allah.
Doa-doa arwah berikut ini semoga menjadi sarana bantu bagi kita semua untuk mendoakan arwah saudara-saudari kita. Doa ini diperuntukkan bagi keluarga-keluarga yang hendak memohon rahmat indulgensi bagi mereka yang sudah meninggal dan juga bagi keluarga. Doa dapat dilakukan bersama atau sendiri; di rumah, komunitas ataupun di kubur tempat arwah yang didoakan. Meskipun dicantumkan tanggal dan bulan di sana, doa ini tetap dapat digunakan untuk berdoa setiap saat.
Tradisi doa arwah ini adalah tradisi yang arif seperti proses belajar di sekolah. Anak-anak sekolah kelas 1-5 menciptakan suasana hening dan berdoa bagi anak-anak kelas 6 yang akan ujian akhir. Setelah anak-anak kelas 6 lulus ujian, kita percaya mereka akan membantu kita yang masih kelas 1-5 ini untuk menjalani ujian-ujian kenaikan kelas kita. Demikianlah mereka yang sudah berbahagia di surga juga akan membantu kita menghadapi tantangan perjalanan hidup dengan doa-doa mereka. Selamat berdoa! (Penulis : Vincentius Bondhan PK, Pr)