Sebuah Reportase Reflektif atas Perayaan Ekaristi Tahbisan/ Imamat RD. Zurich Arian Witosha dan RD. Agustinus Mudjianto
Jika sempat melewati gereja St. Paulus Rasul Tumbang Titi pada Kamis Pagi 31 Agustus 2023, maka sebuah pemandangan yang berbeda dari hari-hari sebelumnya akan tampak sangat jelas dan menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, sudah berdiri banyak tenda di sekitaran bangunan gereja, banyak ornament yang sudah terpasang, sudah banyak perabotan yang disusun, dan cukup banyak umat beriman yang ‘mondar-mandir’ di sekitaran gereja sejak pukul 07.00 WIB. Padahal, hari tersebut bukanlah hari libur dan masih banyak orang yang bekerja.
Pemandangan pada Kamis pagi 31 Agustus 2023 memang tidak biasa. Semua pemandangan yang berbeda ini terjadi karena Keuskupan Ketapang sedang berbahagia menyambut ditahbiskannya dua imam barunya. Setelah dua tahun mengalami “kekeringan” karena tidak ada tahbisan satupun, Diakon Zurich Arian Witosha dan Diakon Agustinus Mujianto ditahbiskan sebagai seorang imam di “Tanah Terjanji” ini.
MELIHAT KONTEKS PELAYANAN PASTORAL DI KEUSKUPAN KETAPANG
Sudah bukan rahasia lagi bahwa tidak ada ujaran Injil yang lebih pantas selain, “tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (Luk. 10:2) untuk menggambarkan aktivitas pastoral di “Bumi Kayong”. Hal ini tidaklah mengherankan jika membandingkan antara luas wilayah pastoral dan jumlah umat yang dilayani dengan banyaknya pelayan umat yang saat ini masih ‘bekerja di ladang anggur Tuhan’.
Keuskupan Ketapang di bawah karya penggembalaan Bapa Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi bertanggungjawab terhadap wilayah seluas 35.809 km2. Di dalam wilayah tersebut, tersebar 21 paroki dan 2 pra-paroki yang masing-masing memiliki stasi-stasi dengan jumlah yang tidak sedikit. Perjalanan ke masing-masing stasi pun bervariasi.
Ada stasi yang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu yang relatif singkat karena kondisi jalan yang baik dan jarak yang dekat. Ada stasi yang bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu yang cukup lama baik karena kondisi jalan yang kurang bersahabat ataupun jarak yang jauh. Akan tetapi, ada juga stasi-stasi yang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan perahu motor bahkan mungkin juga hanya dengan berjalan kaki.
Maka, umat beriman yang berjumlah sekitar 107.630 jiwa sebagaimana diungkapkan oleh Mgr. Pius Riana Prapdi dalam homilinya, tidak mendiami suatu wilayah secara teritorial saja, tetapi diasporik. Masih banyak umat yang mendiami wilayah-wilayah pedalaman yang jauh dari paroki pusat mereka. Dalam kerangka pastoral paroki, umat sejumlah sekitar 107.640 jiwa tersebut dilayani oleh 44 orang imam baik dari diosesan (Keuskupan Ketapang dan Keuskupan lainnya ataupun tarekat/kongregasi). Selain ke-44 imam di paroki, terdapat 7 orang imam yang memiliki karya non-paroki (Kuria Keuskupan, Pusat Bina Iman Umat, dan Seminari Menengah St. Laurentius) dan 3 orang imam sedang berada di luar keuskupan dengan perutusan yang berbeda-beda.
Dengan demikian, jika melihat perbandingan antara luas wilayah dan jumlah umat dengan jumlah imam yang melayani, maka akan terlihat bahwa satu orang imam harus melayani 2.340 jiwa yang bermukim secara tersebar di wilayah seluas 35.809 km2. Data-data yang diungkapkan Mgr. Pius Riana Prapdi dan RD. Simon Anjar Yogatama pada Perayaan Ekaristi Tahbisan/Imamat RD. Zurich Arian Witosha dan RD. Agustinus Mudjianto pada dasarnya tidak hendak bicara soal data saja, melainkan suatu ajakan umat beriman untuk menyadari sungguh bahwa “tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” (Luk. 10:2).
IMAM : BERASAL DARI DAN DITAHBISKAN UNTUK UMAT
Perayaan Ekaristi Tahbisan/Imamat RD. Zurich Arian Witosha dan RD. Agustinus Mudjianto setidaknya memberikan secercah pengharapan bagi pewartaan iman di Bumi Kayong ini. Pasalnya, tuaian yang banyak sesungguhnya menuntut jumlah pekerja yang banyak. Akan tetapi, rasio 1 imam berbanding 2.340 umat sudah menunjukkan kurangnya pelayan.
Apalagi, jumlah imam diosesan Ketapang baru berjumlah 27 orang. Tentunya, tingkatan usia mereka berbeda-beda bahkan sudah banyak yang kurang mampu untuk melakukan aktivitas pastoral yang terlampau berat. Maka, ditahbiskannya dua imam Diosesan untuk Keuskupan Ketapang menjadi suatu pengharapan bagi pewartaan iman di Bumi Kayong. Rasio pelayanan bisa berubah menjadi 1 imam melayani 2.322 umat karena jumlah imam keseluruhannya meningkat menjadi 59 orang dengan imam diosesannya berjumlah 29 orang.
Selain itu, RD. Bonifasius Ubin dalam pengantar Perayaan Ekaristi tersebut yang menyatakan dengan gamblang bahwa ini adalah “peristiwa yang langka” karena ditengah banyaknya “anak muda yang tidak tertarik dengan peristiwa ini”, masih ada anak muda yang mau menjadi seorang imam.
Pernyataan ini diteguhkan oleh Mgr. Pius Riana Prapdi dalam homilinya bahwa dari perhitungan, pasangan keluarga katolik di Keuskupan Ketapang paling banyak memiliki 2 anak dan kebanyakan satu anak. Meskipun pada kenyataannya jumlah ini belum tentu benar (ada yang belum/tidak memiliki anak, tetapi ada yang memiliki banyak anak), setidaknya sudah memberikan suatu gambaran akan situasi yang cukup memprihatinkan mengenai gairah umat beriman untuk menambah jumlah pelayan mereka. Padahal, imam berasal dari umat.
Dalam homili pada Perayaan Ekaristi Tahbisan/Imamat tersebut, Mgr. Pius Riana Prapdi juga menyatakan secara jelas mengenai tugas seorang imam yang ditahbiskan untuk umat. Ia mengawali katekese dalam homilinya dengan menyatakan secara jelas bahwa dalam bahasa Latin, kata Pastor berarti gembala.
Gambaran seorang gembala yang baik sangat jelas dalam Mazmur Tanggapan yang salah satu baitnya berbunyi, “Tuhanlah Gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan aku di padang rumput yang hijau, ia membimbing aku ke air yang tenang dan menyegarkan daku.” Bapa Uskup menambahkan bahwa “Gembala yang baik adalah yang mengenal domba-dombanya dan merawat mereka dengan penuh kasih-sayang. Menemani perjalanan domba-dombanya.”
Beliau pun melihat bahwa tema tahbisan yang diajukan oleh RD. Zurich Arian Witosha dan RD. Agustinus Mudjianto mengajak untuk merenungkan soal gembala yang baik. RD. Zurich Arian Witosha memilih tema “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Sementara itu, RD. Agustinus Mudjianto memilih tema “Tuhan adalah gembalaku” (Mzm 23). Kedua tema ini berangkat dari permenungan mereka akan tugas-tugas yang mereka jalani dalam masa formasi dan diterjemahkan dengan indah melalui bacaan-bacaan dalam Perayaan Ekaristi pada hari istimewa tersebut.
Mgr. Pius Riana Prapdi menegaskan bahwa terdapat empat pilar imamat yang pernah disampaikan oleh Paus Fransiskus pada 7 Februari 2022, yaitu: kedekatan dengan Allah, kedekatan dengan Uskup, kedekatan dengan sesama imam, dan kedekatan dengan umat. Keempat pilar ini layaknya jari-jari dari suatu roda dengan Kristus sebagai porosnya. Jika seorang imam tidak menjiwai dirinya dengan semangat Kristus, ia tidak akan mampu untuk memiliki kedekatan dengan Allah sendiri sehingga tidak mampu untuk menaati uskup dengan penuh perhatian, menjalin persaudaraan yang penuh kasih dengan imam lainnya, dan melihat umat sebagai beban-tanggungjawab bukannya anugerah.
Rangkaian homili Mgr. Pius Riana Prapdi pada Perayaan Ekaristi Tahbisan/Imamat Kamis, 31 Agustus 2023 tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi para diakon yang ditahbiskan saja, tetapi juga untuk para imam. Dalam Perayaan Ekaristi tersebut terdapat sekitar 44 imam yang hadir dan melakukan pembaharuan janji imamat.
IMAM : DIDUKUNG OLEH UMAT
Pada akhirnya, hal yang banyak digaris-bawahi pada awal dan akhir Perayaan Ekaristi Tahbisan/Imamat yang berlangsung di gereja St. Paulus Rasul Tumbang Titi adalah keterlibatan umat beriman. Penekanan terhadap keterlibatan umat beriman diutarakan oleh RD. Bonifasius Ubin dalam pengantarnya, Mgr. Pius Riana Prapdi dalam homilinya, dan RD. Zurich Arian Witosha beserta ayahnya (Bp. Heribertus Konyo) dalam kata sambutan mereka.
Secara nyata, keterlibatan umat beriman ini tampak dalam persiapan-persiapan untuk melancarkan Perayaan Ekaristi Tahbisan kedua diakon. Umat beriman bahkan rela melakukan persiapan sampai semalaman suntuk. Mereka juga memeriahkan acara ramah-tamah setelah Perayaan Ekaristi dengan menghidangkan banyak makanan di tenda-tenda dan menyuguhkan aneka pertunjukkan. Selain itu, dukungan dari jajaran petugas/aparat pemerintahan dan adat juga turut mendukung keberlangsungan Perayaan Ekaristi tersebut.
Pada akhir perayaan Ekaristi tersebut, RD. Zurich Arian Witosha beserta ayahnya (Bp. Heribertus Konyo) mengungkapkan harapan mereka akan dukungan umat terhadap para imam. Dukungan tersebut secara pasti hanya dapat diungkapkan lewat doa-doa.
Maka, sebagai penutup dan tambahan atas reportase reflektif ini, baiklah kita turut mendaraskan doa bagi Bapa Uskup kita, para imam yang telah bekerja-keras melayani, dan para calon imam yang kita harapkan menjadi para pelayan tangguh.
DOA UNTUK USKUP (PS. 185)
Ya Allah, Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur kepada-Mu kerena Tuhan Yesus telah membangun Gereja, dan telah memanggil begitu banyak pelayan untuk mengajar, menguduskan, dan menggembalakan umat-Mu.
Kami berdoa bagi para uskup, khususnya uskup kami …. Sebagai pemimpin umat Allah, semoga mereka mengusahakan hidup yang tak bercela. Semoga mereka selalu bertindak bijaksana, adil, dan saleh. Bantulah mereka untuk selalu tampil sebagai pendamai, dapat menguasai diri, dan berpegang kepata perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya mereka sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran yang benar.
Bantulah mereka memelihara dan memimpin Gereja dengan baik. Semoga mereka mampu membangun jemaat keuskupan menjadi pengejawantahan Gereja semesta yang esa.
Semoga mereka penuh cinta dan perihatian kepada para imam, rekan kerja mereka dalam melayani umat-Mu. Bantulah mereka memelihara dan memupuk kekudusan para imam, dan membina hubungan serta kerjasama yang baik dengan mereka.
Tumbuhkanlah cinta persaudaraan sejati dalam diri mereka terhadap sesama uskup. Doronglah mereka untuk melindungi dan memajukan kesatuan iman. Semoga mereka memiliki perhatian yang nyata terhadap kesejahteraan seluruh Gereja. Bukalah hati mereka bagi semua orang yang berkehendak baik. Buatlah mereka peka terhadap keprihatinan warga masyarakat, terutama yang miskin dan lemah. Jadikanlah mereka teladan serta pendorong umatnya dalam ikutserta menyejahterakan masyarakat.
Kami berdoa pula bagi para uskup yang mengalami kesulitan dalam melayani keuskupannya. Sudilah Engkau selalu mendampinginya. Limpahilah dia berkat istimewa, agar selalu tabah menghadapi tantangan yang ada.
Semua ini kami mohon kepada-Mu, Bapa, dengan pengantaraan Yesus Kristus, Imam Agung umat-Mu, kini dan sepanjang masa. (Amin.)
DOA UNTUK PARA IMAM (PS. 184)
Bapa yang penuh kasih sayang, kami bersyukur atas imam-imam yang telah Kauberikan untuk mendampingi kami, umat-Mu. Engkau sendirilah yang telah memilih dan memanggil mereka.
Sudilah Engkau memberkati mereka dalam semua karya pelayanan bagi umat-Mu. Jadikanlah mereka garam yang dapat melindungi hidup kami dari kebusukan dan kehancuran. Jadikanlah pula mereka terang, yang dengan perkataan dan perbuatan memancarkan terang-Mu sendiri kepada orang-orang yang sedang diliputi kegelapan. Semoga karya mereka Kaukaruniai hasil yang membahagiakan.
Bapa yang penuh kasih, sudilah melindungi para imam kami, khususnya . . . , dari bahaya-bahaya yang mengelilingi mereka laksana singa yang mengaum-aum mencari mangsa. Kuatkanlah mereka bila mengalami kesulitan dalam panggilan. Dan bila ada imam-Mu yang ragu-ragu akan panggilannya, sudilah Engkau datang meneguhkannya; bila ada yang mengalami kesulitan berat, sudilah Engkau datang memberikan kekuatan. Janganlah Engkau melupakan imam-imam-Mu yang, karena kelemahan manusiawinya, tidak setia pada panggilannya; bimbinglah mereka kembali ke jalan yang telah Kaupilih dan Kautentukan bagi mereka. Kalau ada di antara mereka yang memilih jalan lain, sudilah Engkau tetap memberkatinya, karena mereka pun tetap anak-Mu. Semoga mereka tetap dapat hidup sebagai orang beriman, dan bekerja giat di tengah jemaat-Mu. Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
DOA UNTUK CALON IMAM (PS. 183)
Allah yang mahakudus, Engkau telah menetapkan Yesus menjadi Imam Agung umat-Mu. Dia telah menguduskan kami, dan memimpin kami mempersembahkan kurban pujian kepada-Mu.
Kami bersyukur karena Engkau tidak membiarkan umat-Mu terlantar tanpa gembala. Untuk itu Engkau telah memanggil calon-calon imam dari tengah kami.
Kami berdoa bagi mereka yang sedang menyiapkan diri di jalan imamat, terutama bagi . . . . ; dengan terang Roh-Mu dan dengan kemauan yang bebas mereka telah memilih jalan ini untuk mengabdi Engkau dan melayani jemaat-Mu. Semoga mereka sungguh membekali diri dangan iman dan hidup rohani yang tangguh, ilmu, dan ketrampilan. Berilah mereka semangat kegembalaan Yesus sendiri, agar nanti mampu menggembalakan umat-Mu dengan bijaksana, penuh kasih, dan perhatian. Berilah mereka kekuatan dalam menapaki jalan panjang yang telah kau tunjukkan, dan dari hari ke hari semakin mantap menyakini panggilan-Mu.
Seandainya Engkau tidak menghendaki mereka menempuh jalan imamat, dan Engkau menunjukkan jalan hidup yang lain, semoga mereka tetap percaya akan kebijaksanaan-Mu. Bantulah mereka agar dapat menerima kenyataan ini dengan jiwa yang besar dan hati yang pasrah. Semoga mereka dangan lapang hati menerima panggilan yang berbeda, dan dapat kembali ke tengah jemaat tanpa takut ataupun rendah diri. Semoga jemaat beriman juga menerima kenyataan ini dengan hati terbuka dan membantu dia untuk menemukan jalan hidup yang lebih sesuai dengan kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)
Fr. Yosephus Bayu Aji Prasetyo, SJ
Bertugas di Catholic Centre, Payakumang