1. TERSESAT DAN TIDUR DI POHON
    Perutusan pertama Rm. Didik di Ketapang adalah menjadi pastor pembantu di Paroki Kanak2 Yesus, Marau. Rm. Reko dari Surabaya dulu juga bertugas di Marau. Marau memang jadi tempat perutusan romo2 Surabaya di Ketapang. Saat ini Rm. Sabas, imam keuskupan Surabaya juga diutus di Marau.
    Suatu hari Rm. Didik mengadakan turne ke kampung Rangkung. Naik motor sampai di tempat di mana belum ada jalan. Kemudian ia berjalan kaki menembus hutan. Tapi kampung Rangkung tidak juga ketemu. Rupanya ia tersesat. Padahal hari mulai gelap. Dan akhirnya malam tiba. Ia memutuskan naik pohon dan istirahat. Pohon itu tidak jauh dari sungai. Beberapa jam kemudian ia melihat seseorang mengayuh perahu sambil membawa senter. Ia berteriak memanggil. Puji Tuhan, orang itu mendengar panggilan Rm. Didik. Ia menepikan perahunya dan kemudian mengajak Rm. Didik naik. Kemudian berkayuh menuju kampung. Rupanya warga kampung itu di pagi hari memasang pukat/perangkap (bubu) ikan tapu ia lupa mengambilnya di sore hari. Maka malam2 ia terpaksa mengayuh perahunya menyusuri sungai untuk memanen ikan yg tertangkap.
    Begitulah penyelengaraan Tuhan bagi gembala yg Ia utus. DibuatNya lupa ambil bubu.
    Itulah cerita Rm. Didik pada saya.
  2. RM. DIDIK BERTAPA DI HUTAN
    Tempat perutusan kedua di Ketapang adalah Paroki Tembelina. Pak Budi, warga Stasi Pengatapan bercerita bahwa suatu ketika Rm. Didik bertapa di hutan tidak jauh dari kampung Pengatapan. Selama tiga hari ia bertapa. Makan dan minum disediakan dan diantar oleh Pak Budi dan umat lainnya.
  3. PELARIAN 98
    Suatu kali seorang pelarian 98 disembunyikan di Ketapang. Lalu dilarikan ke Batam dan kemudian ke luar negeri. Tak tahu di mana ia sekarang.

RD. Laurensius Sutadi – Vikjen Keuskupan Ketapang

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini