
Kol 2:6-15, Luk 6:12-19
PF Nama SP Maria yang Tersuci
Rekan-rekan imam yang terkasih,
Retret kita pada saat ini diberi kerangka oleh Tuhan sendiri dengan berbagai peristiwa iman yang luar biasa. Yang pertama adalah Syukur atas Ulang Tahun Tahbisan Uskup yang ke-9 Mgr Anton tgl. 25 Ags. Yang kedua adalah Syukur atas Tahbisan dua orang imam untuk Keuskupan kita, Rama Ale dan Rm Agus pada tanggal 31 Ags. Yang ketiga adalah Syukur atas Ulang Tahun Tahbisan imam ketiga rekan kita: Rm Cemis, Rm Karel, Rm Kukuh pada tanggal 4 Sep. Yang keempat adalah Syukur atas Ulang Tahun Tahbisan Imamat Mgr Blasius yang ke-62 tgl. 8 September. Yang kelima adalah Syukur atas Ultah Tahbisan Uskup yang ke-11 pada tanggal 9 Sep. Kita juga berdoa untuk Ibu Marsiana Sutirah, adik kandung Rm Hari yang meninggal kemarin sore dan berdoa agar perjalanan Rm Hari ke rumah duka selamat sampai tujuan. Kita doakan pula Bapak Yosef Patih, ayah Rm Karel yang genap 40 hari dipanggil Tuhan.
Rekan-rekan imam yang terkasih
Retret adalah kesempatan untuk mencecap kebaikan Tuhan, belaskasihNya yang tidak pernah berksesudahan atas hidup dan pelayanan kita. Bacaan-bacaan yang kita dengarkan hari ini rasanya disiapkan untuk retret kita. Apalagi kalau kita membaca kalender liturgi ada catatan bahwa hari ini adalah Peringatan Fakultatif Nama Santa Perawan Maria yang tersuci. Dalam kisah orang kudus saya menemukan catatan ini. Saya kutip seutuhnya karena singkat dan dapat menjadi pembuka retret kita.
“Menurut Santo Bernardus, nama Maria berkaitan dengan kata ‘Mare” yang berarti laut. Nama ini kemudian diabadikan dengan menjuluki Maria sebagai “Bintang Laut”, sebagaimana dinyanyikan dalam himne “Ave Bintang Laut, sungguh Ibu Tuhan, dan tetap Perawan, pintu gerbang sorga.
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang Bintang itu sambal menyebut nama Maria, Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam Magnificat: “Sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia” (Luk 1:48).
Maria adalah seperti Bintang yang menyinarkan Cahaya terang sehingga yang mengalami kesusahan dan kegelisahan mendapatkan penghiburan demikian pula bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini akan memancarkan sinar terang. Kata-kata itu menjadi bersinar, berkilau dan memantulkan percik-percik pengalaman, menjadi butir-butir rohani yang segar. Dalam hidup sehari-hari kadangkala kita mendaraskan doa-doa kita dengan cepat diburu oleh acara demi acara, agenda-demi agenda, turne demi turne dari satu stasi ke stasi lain, dari orang yang satu ke orang berikutnya, dari masalah yang satu berpindah ke masalah berikut.
Dalam kesibukan harian secara tak sengaja nilai rohani, serpihan kebijakan serta torehan belaskasih Allah terluput dari perhatian, mengalir saja di depan mata tanpa mengendap dalam hati. Ibadat serasa begitu cepat, ekaristi begitu rutin serasa ada yang lepas dari batin dan acara mengalir kadang tanpa terpikir. Marilah kita resapkan kata-kata dari Kitab Suci agar lebih memancar dalam hati kita dan mengisi tenaga Rohani atau energi Rohani seperti yang ditulis oleh Rm Indra dalam WA Group UNIO kita: retret adalah rest area.
“Retret ini adalah “Rest Area “ dalam pelayanan kepada umat. Tugas sebagai Imam, Nabi dan Raja tentunya tidak mudah, tugas menjadi penggembala umat kadangkala juga lelah, kecewa, sakit hati, mutung atau merajuk. Belum lagi medan yang berat, sering jatuh di jalan yang licin. Maka sekarang adalah saatnya mengisi tenaga Rohani. Mengisi lagi ruang ruang kosong untuk menjadi gembala yang lebih baik lagi”. Lalu dikutip apa yang saya katakan di Meraban pada saat Ultah Paroki Meraban ke-4. Hendaklah menjadi umat paroki yang JOSSS. Dengan tiga S: Jadilah orang yang SMART, SEHAT, SUCI.
Dalam retret ini saya juga ingin mengajak rekan-rekan imam untuk menjadi imam yang JOSSS. Jadi imam yang smart, sehat dan suci => JISSS. Hasil yang kita harapkan sekurang-kurangnya seperti apa yang ditulis dalam bacaan pertama:
“Hendaklah kalian tetap hidup bersatu dengan Dia.
Hendaklah kalian berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia.
Hendaklah kalian bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepada kalian.
Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”.
Bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini memberikan semacam “road map”, peta jalan agar menjadi imam yang JOSSS. Injil yang kita renungkan dalam misa harian hari-hari ini mengisahkan Yesus yang dalam perjalanan. Yesus meneruskan perjalananNya dan di bab terakhir bab 24 kisah perjalanan dua murid dan Yesus berada bersama mereka. Lalu diakhiri dengan kisah Yesus yang terangkat ke sorga. Dalam teks yang kita renungkan hari ini Yesus mengadakan perjalanan. Perjalanan berarti bergerak. Yesus melakukan tiga Gerakan: ada gerak naik dan ada gerak turun. Di antara gerak turun dan naik itu ada gerak bersama para rasul secara khusus. Jadi ada Tiga Gerakan:
Gerkan pertama: “Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.” Gerakan ini membuat kita semakin mengenal Allah dan kehendakNya tetapi juga semakin membiarkan kita dikenali oleh Allah. Seperti naik kereta api, bukan dengan barcode tetapi dengan scan wajah. Gerak pertama adalah scan wajah kita agar semakin mengenal Allah dan semakin dikenal Allah karena Allah tidak pernah lelah mencari kita tetapi kita yang sering lelah mencari Allah karena berbagai alasan (EG, 3).
Gerakan kedua: “Ketika hari siang, Yesus memanggil murid-muridNya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebutNya rasul”. Gerakan kedua ini membuat kita semakin bersatu sebagai komunitas rasuli dengan pusat kesatuan adalah Yesus sendiri sebab tak ada panggilan tanpa Dia yang memanggil dan tak ada perutusan tanpa Dia yang mengutus. Gerakan kedua adalah rest area. Kita mencecap kesatuan dengan Yesus dan menikmati kesatuan dengan sesama yang diutus. Kita menimba energi Rohani dalam doa yang semakin bermakna, dalam pujian yang semakin mendalam dan ekaristi yang menggugah hati. Kita bisa merenungkan teks ini dengan mengganti nama kita masing-masing.
Gerakan ketiga adalah “Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah Pantai Tirus dan Sidon”. Gerakan ketiga ini membuat kita semakin yakin bahwa kita tidak pernah sendirian. Yesus turun bersama mereka. Yesus turun bersama kita. Karena ketika kita membaptis, yang membaptis adalah Yesus. Ketika kita membacakan Kitab Suci, Allah sendiri yang berbicara kepada umatNya. Ketika kita jatuh, Yesus ikut jatuh tetapi terlebih membantu kita untuk bangun lagi. Ketika kita gagal, Allah tidak ikut gagal tetapi mengampuni kita dan meneguhkan perjalanan kita.
Ketiga Gerakan itu dapat disejajarkan dengan tiga S: Smart, Sehat dan Suci. Untuk memastikan Gerakan kita harmoni dan terarah maka pemandu gerak kita adalah Mgr. Anton. Kita akan mengikut aba-abanya sehingga kita dapat mencapai hasil yang kita harapkan bersama.
Selamat mengikuti retret. Tuhan memberkati
Mgr. Pius Riana Prapdi – Uskup Keuskupan Ketapang
Retret Imam Diosesan Keuskupan Ketapang di Deo Gratias, Keuskupan Bandung (11 – 17 September 2023)