Setidaknya hari ini bersama dengan seluruh Gereja Katolik Se dunia. Kita merayakan Hari Raya Santo Yusuf Suami Perawan Maria. Umat dua paroki di Keuskupan kita yang merayakannya sebagai pelindung paroki adalah Paroki Santo Yoseph Serengkah dan Santo Yosef Meraban.

Serengkah dengan segala kekhasannya menandakan misi penyebaran iman Katolik dimulai, berdasarkan catatan sejarah Keuskupan Ketapang; pada bulan Januari 1918, Mgr.Pacificus Bos, OFM Cap berdasrkan informasi dari Tan Teng Hak (Tan A Hak) pedagang Cina bahwa di Serengkah banyak orang Daya maka P.Bos berkunjung ke Ketapang langsung mudik ke Serengkah memberikan pelajaran agama kepada Gumalo Moerial punduhan Pesaguan selama 10 hari dan langsung mempermandikannya dengan nama Yosef.Gomalo Moerial merupakan turunan ketujuh dari Demong Serengkah, beliau merupakan Datuk (Kakek) P.F.Bantang dan Banding.
Untuk mengenang baptisan pertama inilah maka Paroki Serengkah memakai nama Santo Yoseph sebagai pelindung paroki.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Seorang Demong adalah seorang tokoh yang sangat berwibawa, sangat mahir dalam adat istiadat, seorang pemimpin yang sangat dihormati, maka dengan dibaptisnya Gamalo Morial ini, harapannya semakin banyak orang Dayak yang mau ikut dibaptis dan menjadi warga Katolik pada saat itu.

Perjalanannya nama ini tentunya berbeda dengan Meraban, mengapa diberi nama Santo Yosef sang tukang kayu.

Menurut penuturan para Tua tua di meraban, Pada tahun 1958, umat migran (Dayak Mali yang duluan menjadi Katolik) dari Batang Tarang yang awalnya hanya mencari kehidupan berupa makanan dan tanah yang subur di Sungai Kualan ini, mereka bersama dengan umat lokal berhasil mendirikan kapel dengan ukuran 6×12 meter. Kapel ini terbuat dari kayu Emang, dan pada saat itu Pastor Eduard,CP datang ke Meraban dalam kunjungan misa keduanya. Pada saat itulah umat yang diwakili oleh Fransiskus Li Tan Djit meminta kepada Pastor Eduard untuk memberi nama Santo Yosef kepada stasi meraban karena mereka punya pekerjaan sebagai tukang kayu.

Hari ini adalah hari yang berbahagia bagi keuskupan Ketapang dengan ditahbiskan 4 Frater menjadi Diakon. Harapannya mereka menjadi “tukang kayu” yang panjang Akal dan imajinatif serta kreatif mencari cara cara pastoral yang pas untuk jaman ini, seperti tukang yang bisa mengolah kayu menjadi kursi, mengolah kayu yang besar menjadi tongkat dan tiang rumah. Harapan lainnya adalah mereka bisa menjadi pelayan yang tangguh menjadi tiang dan tongkat yang kokoh dalam mengolah sabda Allah dan mendaratkannya ditengah umat.

Dari Yoseph sang Demong, mereka bisa mewartakan kasih Allah dengan hukum kasihnya dalam melayani umat. Seorang Demong adala ahli dengan hukum adat Dayak, dan tentunya juga haruslah orang pandai dan bijak dalam memutuskan perkara dan menjadi pemimpin Suku pada saat itu.

Maka mereka juga diharapkan pandai mewartakan hukum cinta kasih menjadi nyata dalam kehidupan umat, bijak dan cermat dalam mengambil keputusan pastoral. Kelak menjadi seorang pemimpin yang melayani, bukan ingin dilayani.

Masih banyak tafsiran lain dan Kiranya harapan umat pastilah yang terbaik untuk keempat diakon ini.

Dengan demikian mereka menjadi pelayan yang tangguh, setia dan senantiasa berbelarasa, seperti yang tergambar dalam motto Keuskupan kita “ Pelayanan dalam Kasih” .
(Tulisan lepas Romo Mardianus Indra Lamboy).

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini