November sudah datang, ditandai dengan 1 November Hari Raya Semua orang Kudus, 2 November Hari arwah semua orang beriman, dan menurut pengalaman dari orang tua, ketika hujan turun di hari itu, menandakan ucapan syukur dan air mata arwah karena mereka didoakan. (versi dongeng jangan dipercaya).
Di awal November ini , “air mata dari langit” sudah mulai turun, sepertinya mau membalas kemarau yang hampir 5 bulan melanda kalimantan pada umumnya dan secara khusus ketapang. Akibat El Nino berkepanjangan. Bahkan di paroki St. Stefanus Kendawangan, Rm Bangun menuliskan kebakaran yang parah, kekeringan, sungai menjadi putus dsb. Di musim kemarau Banyak juga yang menuba adat untuk memohon hujannya turun. Catatan kecil, tuba adat Dayak biasanya memakai akar tuba bukan racun kimia, dan dilaksanakan dalam sebuah ritual adat. Memohon supaya Duwata memberikan hujan, kepada petani yang padinya menantikan siraman air hujan supaya subur.
Seperti yang saya katakan di atas turunnya hujan ini menjadi berita baik bagi petani, karena dengan turunnya hujan padi menjadi subur, dan bagi paroki paroki yang transportasi turne menggunakan jalur sungai, ini adalah kesempatan yang baik untuk mengunjungi umat, namun beda sekali dengan paroki paroki yang turne nya menggunakan jalur darat. Apalagi masih aspal kuning, ini merupakan suatu tantangan tersendiri.
Hujan ini juga menjadi sebuah paradoks, bisa menjadi berkat namun juga bisa menjadi tidak berkat alias buruk. Kapan itu tidak baik? menjadi buruk jika hujannya turun berlebihan dan terus menerus karena penyerap air hujan berupa hutan sudah mulai berkurang.
Nah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan secara umum akan terjadi pada bulan November 2023. Dan Dikutip dari CCN Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena pengering hujan atau El Nino saat ini masih dalam kondisi cukup kuat meski akan berakhir 2024. November diprediksi jadi awal musim hujan di banyak wilayah RI, termasuk selatan khatulistiwa yang sejauh ini masih dilanda kekeringan.
“Meskipun saat ini El Nino masih cukup kuat, BMKG memprediksi bahwa fenomena ini akan melemah dan berakhir pada awal tahun 2024,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG Indonesia.
“Ini akan diikuti oleh musim hujan yang meningkat, dengan curah hujan di atas normal, terutama pada Januari dan Februari,” lanjut Dwikorita.
Dia juga mengingatkan ketika musim hujan tiba, potensi banjir, longsor, dan banjir bandang meningkat. Dengan begitu, para pihak terkait harus mengantisipasi dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola situasi ini.
Berdasarkan perkiraan cuaca dan analisis ini, daerah daerah yang rawan banjir tetaplah waspada. Oktober tahun lalu di sepanjang Sungai Jelai baik kiri mau kanan, dilanda banjir. Maka kita perlu waspada dan bersiap siaga juga jika suatu saat hujan terus menerus dan terjadi banjir besar di bulan Januari dan Februari.
Kekurangan air dan kelebihan air bisa saja terjadi. Maka kita harus berhati hati. (Trans Kalimantan, Tulisan dibuat iseng iseng sambil menunggu di pondok sawit setelah 3 jam hujan tak kunjung berhenti).
RD. Mardianus Indra – Pastor Paroki St. Yosef, Meraban (03/11/2023)