Tahun ini menjadi lain dari tahun-tahun sebelumnya. Di beberapa tempat sudah tiga kali musim durian jatuh. Bahkan saat ini ada yg masih berbunga.

Kemarau panjang baru saja lewat…meskipun sebelumnya sudah ada dua musim kemarau di tahun ini yang tidak terlalu lama. Inilah yg membuat Durian menjadi “bingung” kapan harus berbuah? Ada hukum alam…buatlah tanaman itu menderita..misalnya kekeringan…pasti akan berbunga. Pikirnya..sebelum mati harus meninggalkan keturunan.

Dahulu setiap musim buah banyak yang jadi..bunga tidak gugur …menjadi pertanda bahwa padi ladang juga akan bagus.

Dari pokok Durian yang sudah diwariskan turun-temurun juga bisa disusuri silsilah keluarga besar orang Dayak. Ada kebiasaan ketika keluarga berkembang menjadi banyak…maka diperlukan areal perladangan baru di wilayah tertentu. Dengan areal baru mereka juga akan meninggalkan jejak tanaman-tanaman buah ..Sebagai tanda komunitas baru. Jenis tanaman buahnya pun beragam…termasuk varietas duriannya yg beragam (ada 30 varietas durian, setengahnya ada di Kalimantan). Warisan bukit buah ini yang turun temurun menjadi tanda kesatuan, kebersamaan sebuah kampung. (di Nanga Tayap beberapa kampung..dulunya semua…. Rata-rata punya bukit buah milik bersama. Semua bisa merasakan dan menikmati hasilnya. Sampai diwujudkan dalam adat …musim buah ini

Menyandau Durian… .bukan sekedar berebut menunggu durian jatuh. Ada nilai kebersamaan, kekerabatan, kesatuan dan identitas yg dijunjung bersama. Lebih dari itu. Ada nilai syukur yang dijunjung.. dan diungkapkan dengan berbagi.

Bandara Supadio, 25 Okt 2023 –

RD. VP Bangun Wahyu Nugroho – Pastor Paroki St. Stefanus, Kendawangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini